Alkisah, ada sebuah kantor bernama Kantor Pengelana Nasional. Kantor ini adanya di ibukota negara. Tapi juga punya kantor perwakilan, satu kantor di setiap pulau-pulau besar. Misalnya, di Jawa punya satu kantor, di Sulawesi, di Kalimantan, di Sumatera, di Papua, dan di Nusa Tenggara masing-masing satu kantor. Rotasi pegawainya juga secara berkala, teratur, dan adil untuk menambah pengalaman. Pegawainya mesti diseleksi secara ketat karena banyak peminatnya. Kenapa banyak peminatnya? Sebab, pekerjaannya sangat menyenangkan.
Pekerjaan utama pegawainya adalah jalan-jalan. Ya, jadi turis atau pengelana. Itu sebabnyaa nama kantornya Kantor Pengelana Nasional.
Keahlian pegawainya dibagi-bagi dalam spesialisasi pantai, laut, gunung, gua, sungai, hutan, dan udara. Spesialisasi ini diperoleh dari diklat dan ujian sertifikasi. Seorang pegawai boleh mempunyai beberapa sertifikat spesialisasi. Sesuai dengan minat dan kemampuannya. Untuk jenjang karir tentu ada jenjang jabatannya. Ada jabatan fungsional Pengelana, dari Pengelana Muda, Pengelana Pratama, Pengelana Madya, sampai Pengelana Agung.
Pegawai boleh berpenampilan semenarik dan seunik yang dia inginkan. Asalkan sopan dan rapi. Kalau gondrong, harus tetap wangi dan rajin mandi. Sepeda lipatnya boleh disimpan di samping meja kerja. Meja dan kursi kerjanya boleh berbentuk selera dia. Ruang kerjanya boleh ditempel poster-poster. Syaratnya harus keren dan memperhatikan nilai estetika.
Setiap bulan pegawai ditugaskan untuk jalan-jalan. Pegawai diberikan surat tugas ke mana, sesuai dengan lingkup wilayah tugasnya dan spesialisasinya. Bisa ke pantai, laut, gua, sungai, hutan, dan gunung. Bisa susur pantai, snorkling, diving, caving, hiking, rafting, paralayang, terjun payung, rockclimbing, bersepeda, sampai sekedar camping ceria. Bisa sendirian, bisa juga dalam tim. Selain di dalam negeri, terdapat seleksi per tahun bagi pegawai, untuk berkunjung keluar negeri, misalnya mendaki Gunung Kilimanjaro di Afrika.
Pegawai diwajibkan menuliskan kisah perjalanannya. Semakin menarik, semakin bagus. Tulisan-tulisan kisah perjalanan mereka diterbitkan dalam majalah yang diterbitkan berkala oleh kantor. Foto-foto perjalanan juga jangan sampai lupa. Sebab, dalam bisunya, foto bahkan lebih banyak bercerita dibandingkan kata-kata. Demikian sabda para juru foto.
Wah, pasti menyenangkan sekali kerja di Kantor Pengelana Nasional. Namun yang terlupa dipikirkan adalah manfaat kantor ini bagi masyarakat. Awalnya saya tidak tahu apa manfaatnya. Lupa dikonsep visi dan misinya. Tapi kata Hudha, kantor ini berguna untuk memajukan pariwisata dalam negeri. Pegawai diberikan dana perjalanan untuk dibelanjakan di setiap objek wisata. Agar masyarakat di sekitar objek wisata bertambah pendapatannya. Ya, ya, alasan itu bisa diterima. Sedang menurut saya sendiri, setelah saya pikir-pikir, kantor ini juga berfungsi untuk membuat dokumentasi tempat-tempat indah di Indonesia. Dokumentasi ini berupa catatan perjalanan dan foto-foto. Diharapkan adanya dokumentasi ini untuk mempermudah masyarakat Indonesia dan warga negara asing untuk mengenal tempat-tempat yang indah di negeri ini. Agar masyarakat negeri ini bisa lebih dekat dengan negerinya sendiri. Mengenal keindahan alam dan budaya negeri ini.
Wah, seandainya kantor seperti itu ada, ya. Hehehe.
Palembang, 6 Juli 2010, sore menjelang magrib, di ruang arsip yang ada gitarnya.
“Dari obrolan saya dan Hudha yang sudah lama sekali tidak naik gunung”.