Sebentar lagi peristiwa yang kita tunggu sama-sama itu. Final leg kedua. Semua berharap Timnas bisa membalik keadaan. Setidaknya kita butuh selisih empat gol untuk keluar jadi pemenang. Walau banyak yang lupa, kemungkinan kalah tetap masih ada.
Hari minggu silam jadi hari yang kelam. Jutaan rakyat Indonesia kecewa luar biasa. Sampai ada yang susah tidur. Bahkan di Bima, ada suporter yang meninggal oleh sebab serangan jantung; tak tahan melihat hasil yang tidak terpekirakan sebelumnya.
Padahal, para pemain timnas jelas lebih kecewa. Bagi mereka, pertandingan itu bukan sekedar tontonan seperti halnya bagi suporter. Bola bagi mereka adalah sebagian dari hidup. Kalah menang menjadi catatan karirnya. Bahkan, pertandingan nanti adalah kesempatan memberikan sumbangsih untuk bangsa. Sedang, bagi kita penonton, besok-besok kita sudah lupa.
Alih-alih semua mendukung, ada yang bahkan bersikap tidak simpatik terhadap perjuangan Timnas. Kekalahan kemarin ditimpakan kepada kesalahan pemain dan laser! Saya juga demikian. Padahal tendang bola saja tidak becus. Benarlah, di mana-mana pertandingan bola, penonton selalu lebih pandai dari pemain.
Kemarin, Senin sore, saya menyusuri Jalan Sudirman Palembang, dan lewat di depan sebuah toko olah raga. Terlihat seorang bapak sedang memilih-milih jersey Timnas, entah KW berapa. Tentu bukan masalah KW-nya. Tapi itu sudah hari Senin, selang sehari setelah kekalahan menyakitkan di Bukit Jalil. Tapi masih ada yang membeli jersey Timnas.
Saya percaya ada kemungkinan keadaan bisa berubah. Walaupun nol koma sekian. Tapi nol koma adalah tetap ada kemungkinan. Bola itu bundar. Tapi kalaupun piala itu tidak bisa teraih, ya tidak apa-apa. Masuk Final bukanlah prestasi yang remeh temeh. Sebenarnya, patutlah kita berterima kasih kepada mereka pemain Timnas. Memberi hormat dengan sebenar-benarnya hormat. Orang-orang yang rela berlatih berat, berlari sana-sini, dan beresiko cedera hanya untuk menghibur penontonnya.
Selamat berjuang, Timnas. Apapun hasilnya, dukungan tetap untuk kalian. Jangan pedulikan para politikus tak tahu malu itu dan media yang seperti tuli-buta mata dan hati; tak tahu kita merasa betapa menyebalkannya mereka.
Jutaan doa melangit. Dari dalam hati, ucapan, teriakan, update status fesbuk, dan ramai twit-twit mengucap harap.
Palembang, kurang dari satu jam sebelum kick off Final Leg Kedua.
“Saya sedang pesan jersey Timnas yang KW juga. Tidak peduli tidak bisa dipakai hari ini. Biar nanti dipakai untuk main bola dan main futsal. Pasti terlihat keren sekali (jerseynya)”