Rumah Kapitan

Rumah Kapitan, Palembang

Rumah Kapitan, Palembang

Lokasinya di kawasan 7 Ulu, tidak begitu jauh dari Jembatan Ampera. Rumah kapitan adalah rumah kediaman pemimpin orang-orang  Tionghoa yang mulai mendiami Palembang di masa lalu. Dulunya, kawasan 7 Ulu bisa dibilang sebagai kawasan pecinan di Palembang. Namun sekarang, peninggalan yang bernuansa Cina di sana tidak banyak. Yang tersesisa salah satunya adalah rumah kapitan itu, yang terdiri dari dua rumah besar memanjang, satu berupa rumah panggung kayu, dan satunya berupa rumah berdinding bata tebal. Keduanya sekarang berfungsi rumah kediaman keturunan sang kapitan dan rumah untuk menyimpan abu leluhur.

Bangunan rumah kapitan bergaya campuran Eropa, Cina, dan Palembang.  Dinding dan tiang-tiangnya tebal dengan atap limas khas Palembang.

Saya beberapa kali ke sana. Sehari setelah Imlek tahun ini, saya berkunjung kembali. Di salah satu rumah, terlihat beberapa gadis remaja yang sedang berlatih tari tradisional. Sedang di halamannya, anak-anak yang lebih kecil tampak ramai bermain. Saya mengisi waktu dengan membuat sket salah satu rumah. Dan biasa, anak-anak kecil itu datang mengerubuti. Anak-anak kecil memang selalu tertarik dengan orang yang sedang menggambar, seperti laron yang tertarik dengan cahaya lampu teplok. 🙂

Saya sempat berbincang dengan seorang keturunan India yang sedang mengunjungi adiknya yang tinggal di sekitar rumah kapitan. Juga beberapa orang beretnis Tionghoa yang datang berziarah di rumah itu. Palembang yang merupakan kota pelabuhan sungai memang didiami oleh etnis yang beragam.

Sket yang saya bikin ini dibuat dengan pensil terlebih dahulu. Sebenarnya cara seperti ini tidak populer, karena tidak jujur atas garis-garis yang mungkin salah dibuat. Men-sket seharusnya tidak takut atas kesalahan itu. Lagipula, membuat sket dengan pensil terlebih dahulu seperti  bekerja dua kali, karena goresan pensil akan ditimpa lagi dengan tinta pena.

Palembang, 11 Maret 2014

“Anak-anak kecil di situ juga seperti terheran-heran melihat Ivon. Mereka bahkan bilang, semisal: “Napo motornyo cak itu, Kak?”, atau,”Cak motor Mister Bin”, dan tertawa-tawa saat Ivon tak langsung menyala meski disela tiga-empat kali. Dasar anak-anak.”

Rumah Kapitan, Palembang

Rumah Kapitan, Palembang

Leave a comment