sembilan belas

Bapak sedang tidak ada di rumah. Kalau tidak salah, beliau menghadiri suatu acara keluarga malam itu. Kakak saya tidak pulang lebaran oleh sebab mempersiapkan wisudanya yang sebentar lagi. Hanya saya dan ibu saya. Saya menyiapkan sebuah mini compo dan mencari-cari frekuensi untuk mendengarkan acara radio yang amat penting bagi kami. Adik saya siaran malam itu dan Mama ingin sekali mendengar suara riangnya saat online di udara.

Putaran tuning radio itu terhenti saat saya mendengat suara yang sangat kami kenal. Agar lebih jelas, saya putarkan sedikit demi sedikit kiri dan kanan, sampai tepat frekuensinya.

”Anak perempuan Mama itu sudah besar sekarang. Tidak terasa saja”, kata saya sambil memperhatikan raut wajah Mama. Mama hanya tersenyum dan konsentrasinya tetap terfokus pada suara radio. Malam itu, saya dan Mama begitu hikmat mendengarkan acara radio itu di tengah hening rumah kami. Saya semakin menyadari betapa berartinya si anak perempuan itu bagi kami sekeluarga ini.

Namanya Kiki. Namanya sebenarnya cukup panjang, 28 karakter huruf dan tiga karakter spasi. Tapi, di buku telepon ponsel saya, namanya jadi Kiki Offroader. Mengapa bisa begitu namanya? Demikian ini ceritanya.

Sekitar dua-tiga tahun lalu, kawan-kawan SMP angkatan 2002 dan SMA 2005 membuat sebuah acara reuni yang bentuknya bakti sosial. Lokasi bakti sosialnya cukup jauh, kira-kira 30 kilometer dari pusat kota. Untuk kota kecil seperti kota kami, jarak 30 kilometer itu sering berarti: memasuki suatu daerah yang terpencil, fasilitas yang sangat minim, dan jalan yang berbatu-batu.

Agar teman-teman yang akhwat tidak merasa risih bila disupiri oleh kawan laki-laki—yang biasanya merokok di perjalanan dan senang berkaos singlet—jadilah  Kiki yang kami minta tolong untuk menyetir minibus Kijang Super keluaran 90-an itu. Saat diminta tolong, dia malah senang. Mungkin bagi dia, itu misi kemanusiaan yang merupakan suatu kehormatan besar bila sanggup mengembannya.

Saya tiba lebih dahulu di lokasi bakti sosial dan menantinya harap-harap cemas. Alhamdulillah, minibus itu terlihat dari balik bukit dan kata-kata pertamanya saat saya menyambutnya adalah:

”Kak, tadi mobil ini hampir saja masuk jurang. Teman-teman Kakak sampai teriak-teriak. Tapi, syukurlah Kiki tenang”, dengan ekspresi datar anak kelas dua SMU.

Itu kata-kata yang tidak pernah terlupa. Mulai hari itu, namanya di buku ponsel saya berubah jadi Kiki Offroader!

Kiki memang pandai menyetir mobil. Motor berkopling pun dia bisa, sebab itulah sahabatnya. Dia aktif di klub teater sekolahnya, sering jadi pemeran lakon, dan pernah juga jadi sutradara suatu pentas teater. Seingat saya, dia pernah punya dobog taekwondo tapi saya tidak tahu kabar kelanjutannya. Dan di sela-sela kegiatannya itu, dia jadi penyiar di salah satu stasiun radio di kota kecil kami. Namun kelemahan terbesarnya adalah takut dengan cicak. Dia itu memang unik. Baik. Mandiri. Keras hati. Galak, bila ada yang berani macam-macam sama dia. Tapi tetap lembut selayak anak perempuan lainnya.

Dia itu adik. Dia itu teman. Dia itu sahabat yang setia mendengar pertanyaan-pertanyaan saya bila ada masalah membingungkan dengan makhluk perempuan. Dia itu sahabat yang bila dia punya masalah akan bercerita dan kadang menangis hingga saya akan kesulitan mencari lelucon yang akan membuat dia tertawa lagi. Tapi, betapapun dia adik sekaligus sahabat, tidak pernah sekalipun dia mengakui kalau abangnya ini tampan. Untuk sekedar menyenangkan hati kakaknya ini, dia tidak ingin berbohong.

Dia adalah kebahagiaan bagi keluarga kami. Kakak saya sangat senang membawakan oleh-oleh untuknya bila pulang liburan dan mengirimkan hadiah untuknya bila tidak sempat pulang. Bapak apalagi; tahu kan bagaimanakah rasa sayang seorang ayah kepada anak perempuannya? Mama juga; yang selalu memikirkan dan merindukan anak gadisnya itu. Sekali lagi saya katakan, dia adalah kebahagiaan bagi keluarga kami.

Di pertengahan bulan ini dia genap berumur 19 tahun. Saya terbayang dengan fotonya dahulu yang tingginya hanya sepinggang Mama, dengan jas putih mungil selutut dan stetoskop kebesaran yang bergantung di leher. Sekarang dia sudah besar dan punya foto dengan jas putih dengan stetoskop yang telah pantas ukurannya.

Sejak taman kanak-kanak dia memang bercita-cita menjadi dokter dan fakultas yang dipilihnya setahun ini sudahlah tepat. Semoga Allah memudahkan cita-citamu ya, Ki. Seperti yang seringkali Kiki bilang: ingin jadi dokter yang pintar, baik hati, dan banyak pahalanya.

Demang Lebar Daun, Palembang, 15 Januari 2010, 23.27 WIB

”Salam sayang untuk adik perempuan satu-satunya; cahaya mata bagi Bapak, Mama, Iyek, dan kakakmu yang aneh ini”.

18 Responses to “sembilan belas”

  1. mang kumlod Says:

    Wah ada yang lagi ulang taun ya… Selamat ulang taun, Kiki, semoga cita-citanya dipeluk Allah dan selalu dalam lindungannya… 😀

  2. ghea Says:

    wah, senengnya pnya abang2 sama orangtua yg sayang sama anak perempuan satu2nya itu.. Hihihi

    selamet ulang taun kak kiki! Semoga bisa jadi dokter yg jago taekwondo, siaran, teater, dan nyetir!amin.. Yah ga kebagian kue.. Tp gpp lah. Yg penting kecipratan senengnya.. Hehehe

  3. gerie813 Says:

    senang punya kakak kyk uje,,
    senang punya adek kyk kiki,,
    kalian emg setipe,,,ha ha

    ”Kak, tadi mobil ini hampir saja masuk jurang. Teman-teman Kakak sampai teriak-teriak. Tapi, syukurlah Kiki tenang”, dengan ekspresi datar anak kelas dua SMU.

    ekspresi datar = garis bawahi
    uje bgt!!!!

    met miLad kiki….^^

    • shavaat Says:

      hahaha. iya, ger. santai benar dia bilang begitu. syukurlah tidak terjadi apa2.

      tapi, sebenarnya sifat kami berbeda juga kok. hobinya mungkin banyak yang sama, tapi sifat2 yang lain ada yang tidak sama.

      makasih ya, ger…

  4. Heidy Says:

    sebenarnya akhwat tu takut spanjang prjalanan, tp brusaha ttp nyantai. gila bnr tu jalannya.. asik suasana dlm mobil saat tu, tp QQ hny dian n fokus nyetir. mungkin br kenal, jd tak bnyk bcr. I like n i luv ur sister ^^

    • shavaat Says:

      iya, ya?
      wah keren dah si kiki. hehehe. coba saya bisa nyetir waktu itu, pasti saya nawarin diri untuk jadi supir mobil itu. hahaha. ga ding. becanda.

      makasih, dy.

      • heidy Says:

        Klo km jd supirnya waktu tu, ndak kebayang deh sy pst salah tingkah abis… heheheheee.. 🙂
        iya QQ mank keren, lbh keren dr kk laki2nya ni;) pissss… Bro

  5. andyhardiyanti Says:

    hahahhah..gak pernah dibilang tampan???kasssiiaaaann ;p
    eh,tapi kayaknya tuh anak boong deh..
    *piss kiii…neh rahasia qta beduaaaa ;p*

  6. muamdisini Says:

    bersyukurlah at memiliki adik seperti itu…
    ia pun pasti sangat bersyukur memiliki kakak sepertimu…

    memang adikmu itu benar2 jujur…kalau dia bilang kau tampan berarti dia telah melakukan fitnah…ahahahahaha
    😉 piss ah….

    salam buat sang calon dokter yah….

  7. marshmallow Says:

    *menghapus air mata haru*
    duh, entah mana yang beruntung. kamu yang punya adik sehebat kiki, atau kiki yang punya abang sehebat kamu.

    yang jelas, orang tua kalian pastilah bangga sekali.

    selamat ulang tahun, kiki. semoga diberi usia yang berkah.

  8. yunk^^ Says:

    eehhhmmm,,,,senengnyaa kikii punya abang,,,
    *ngiriiii mode : ON…^^v

  9. madyandi Says:

    selamad ultah bagi adiknya mas
    soga bisa bikin orang tua bangga


Leave a reply to mang kumlod Cancel reply