Tersenyumlah, bahagialah…
Sungguh engkau, yang melumpuhkan hatiku,
yang melipurkan rinduku
Senyuman itu menyenangkan aku…
(Cahaya Mata, Padi)
Hamparan air meluas di depan mata. Ini bukan hamparan laut. Ini aliran besar air dari hutan-hutan Borneo yang mengalir tenang ke tepi laut. Sungai Mahakam namanya. Saya duduk di tepiannya, menikmati tenangnya senja hari, jingga sinar matahari, dan angin tenang menerpa. Seakan ingin bercerita banyak kepada senja, matahari, dan angin, tentang apa yang saya rasakan. Dalam hening mereka, saya sadari, benda-benda yang tidak bernyawa ini begitu pandai memahami, jauh melampaui manusia yang kerap mengaku memiliki hati.
Samarinda. Akhirnya tiba pula saya di kota ini. Tidaklah karena kotanya yang membuat saya bersenang hati, tapi Kalimantannya. Sudah lama sekali ingin menjejakkan kaki di pulau jamrud ini. Ingin menghirup udaranya, mencicip airnya, dan menghidu bau tanahnya. Ingin melihat hijau luas hutannya, hitam batubaranya, biru langitnya, dan pelabuhan-pelabuhan sungainya. Ingin melihat tanah melimpah anugerah namun masyarakatnya tiada sedikit yang miskin hidupnya.
Telah saya rasakan aroma pulau ini. Tidak semua. Hanya sebagian kecil yang tampak di mata dan terdengar di telinga. Di tepi hamparan air, berbagai macam berita seperti beterbangan di depan mata. Adakah angin membawa berita tentang dia yang tidak pernah berani saya tanyakan kabarnya?
Azan Magrib berkumandang dari menara sebuah masjid yang begitu indah. Saya beranjak menuju suara persuasif itu, mungkin karena semata ingin melarikan diri dari beragam pikiran yang belum semua bisa terjawab. Dalam jawaban yang harus terucap jelas di bibir; tentu tidak ada tempat bagi kata-kata asumsi. Ini bukan soal-soal akuntansi yang bisa kau jawab dengan segala macam asumsi yang nyaman bagi hatimu. Janganlah sekedar untuk mendamaikan resah hati. Karena, bisakah kau mengerti dan mendengar suara hatinya, seperti alam yang memahami suara hatimu?
Wisma Pusdiklat Kalibata, 2009
“Di Samarinda, mobil-mobil doublecabin jadi raja jalanan. Semacam Mazda Falken, Ford Ranger, Mitsubishi Strada (Triton), Toyota Hi Lux dan segala macam merek lain. Kotanya indah, damai, ramai, terbelah oleh Sungai Mahakam. Sebenarnya ingin sekali mengunjungi kampung orang-orang Dayak Kenyah, tapi karena anak magang seperti saya harus bekerja dengan baik dan ini bukan jalan-jalan pribadi, akhirnya tidak bisa ke sana. Mesti segera kembali ke Jakarta. Semoga sekali waktu; bisa berkunjung ke sini lagi.

Islamic Center di tepi Sungai Mahakam. Megah benar masjid ini.
March 8, 2009 at 12:32 am
Pindah ke sana?
March 9, 2009 at 3:32 am
samarinda, adalah kota tujuanku dalam pemilihan penempatan….
semoga nanti benar aku kesana, apa yang kau katakan bisa ku rasakan juga…
March 9, 2009 at 6:21 am
@black: nggak, Black. Tapi mungkin saja pindah ke sana…
@muam: kotanya bagus kok, Am. Tenang saja…Lu milih Samarinda? Semoga dapat yang terbaik saja…
March 9, 2009 at 3:09 pm
laporan penggalan perjalanan yang membumi, mas shavaat. senang membacanya.
kalimantan juga pulau yang ingin sekali saya singgahi, sekali waktu nanti. rasanya banyak yang menarik keinginan untuk mengunjunginya, sayang belum berezeki.
dan panggilan yang persuasif itu… ah…
lengkap pula dengan foto bagus dari mana dia dikumandangkan.
nice post, mas shavaat. semoga sukses selalu!
March 10, 2009 at 12:46 am
Wah keren!!!
Ois, ikut!!!
March 10, 2009 at 2:35 am
Dia???
March 10, 2009 at 3:27 am
jalan jalan mulu
menarik nih tempatnya, pengennnn 😀
eh, udah lulus yak?
March 11, 2009 at 6:17 am
ah..jadi kangen sama tanah borneo ini…
March 12, 2009 at 3:33 am
nice futu.. 🙂
senan9 ya bisa tu9as sekalian jalan2 heehhe
March 17, 2009 at 3:26 am
@Bu Dokter: Sy beruntung waktu itu, bisa ke sana. Dari atas langit, terlihat hamparan hutan di mana2. Sayangnya, ga ada gunung tinggi di sana, yang bisa didaki, he3.
Trima kasih atas komennya, Bu. Semoga ibu segera bisa ke sana; jalan-jalan ke sana…
@Heidy: Ye, saya aja dibayarin. He3. Dia? Ada deh…
@Asri: Sebenarnya bukan jalan-jalan. Sayanya saja yang curi2 waktu. He3. Tapi tetap tugas yang utama. Iya, sudah lulus ini… Trima kasih sudah berkunjung kembali…
@Kucingkeren: pernah tinggal di sana?
@Mbak Wiend: He3. Iya, Mbak…
March 19, 2009 at 2:17 am
Kan dah bergaji kawan
eum…kapi ja:(
March 28, 2009 at 10:45 am
ko pengen juga ya ke Samarinda… hmmmm….
April 7, 2009 at 12:38 pm
Mas, enaknya jadi dirimu…kayanya sering jalan2….
May 13, 2009 at 5:36 am
@hedi: hahay, gajinya masih kecil, di…
@kidungjingga: ayo ke samarinda!
@gege alias ikan kering: ke mana2 dibikn seperti jalan2 soalnya. he he.
June 28, 2009 at 8:44 am
Hmmm..
Samarinda!
Thanks mengulas secuil ttg samarinda,
membaca artikel ni jadi bahan melepas rindu dgn kota halamanQ..
Yup, Samarinda…
Maaf yah Law kotany kurang bersih.. yah begitulah samarinda..
But, i love it..
Berpetualang kmn z slama di Samarinda n sekitar? 🙂
June 30, 2009 at 3:45 am
iya, kotanya kurang rapi.
tapi, sip dah, kota antara sungai dan hutan… pasti betah kalau tinggal di sana.
waktu itu, ga ke mana-mana, mbak. he3. nggak sempat. paling keliling kota saja…